Sambut Kemerdekaan RI dengan Pameran Pendidikan di Negeri Gajah Putih
Tahun ini tirakatan
dan upacara memperingati hari kemerdekaan RI bernuansa lain. Memenuhi
undangan Prince of Songkla University, Thailand, melalui Majelis
Diktilitbang PP Muhammadiyah, 10 PTM, termasuk Universitas Muhammadiyah
Surakarta, mengikuti Pameran Pendidikan pada 17-18 Agustus 2017.
Tirakatan, sebuah tradisi Surakarta
menyambut malam proklamasi kemerdekaan dengan renungan dan doa, telah
berganti nuansa dengan kesabaran menunggu pesawat (di KLIA2 M'sia) yang connecting
ke Hat Yai (Thailand) berjadwal ketibaan 22:50 dengan membandingkan
buah kemerdekaan yang dicapai oleh Indonesia dan Malaysia. Lebih dari
itu, jelang tengah malam, dari bandara ke Hansa J.B. Hotel (berjarak 14
km), di atas van Toyota Hiace renungan dan doa telah Allah gantikan
melalui tangan drivernya dengan lantunan ayat-ayat surat Ar-Rahman.
"Fabi ayyi aalaai Rabbikumaa tukadzdzibaan" terdengar berulang-ulang.
Sungguh ayat yang tepat, sampai akhirnya tiba di hotel tepat tengah
malam, pukul 00:00.
Upacara memperingati Hari Kemerdekaan RI
ke-72 telah berlangsung dengan memberikan penawaran studi lanjut kepada
pelajar kelas 12 SLTA se-Thailand Selatan. Tempat pameran yang begitu
luas, di hari pertama, terasa sempit dengan berjubelnya para pelajar.
Konon mereka diliburkan dan dibawa dengan bis-bis sekolah mereka, di
Thailand setiap sekolah memiliki bis untuk antar-jemput siswanya. Apakah
tepat menawarkan kepada mereka Indonesia sebagai salah satu negara yang
cocok untuk studi lanjut mereka?
Stan UMS, dibandingkan dengan 9 PTM lain
dan 3 PT Indonesia lainnya, merupakan satu-satunya stan bernuansa khas
memperingati Hari Kemerdekaan RI (aksesoris bendera merah-putih yang
menghiasi stan). Stan UMS juga menyediakan jajanan khas Indonesia bagi
pelajar yang mampir untuk menggali informasi pendidikan lanjut.
Pada Kamis malam, 17/08/17, saat dijamu
makan malam tasyakkur kemerdekaan oleh Konjen Kedubes Indonesia di hotel
Meredian Songkla, diperoleh informasi bahwa konsulat memberikan
rata-rata 1300-an visa belajar per tahun kepada siswa/siswi Thailand
Selatan. Besaran jumlah visa tersebut belum sebanding dengan minat studi
lanjut mereka di Indonesia.
Berdasarkan suatu penelitian, 1 dari 3
pelajar lulusan SLTA Thailand Selatan berminat (termotivasi) untuk studi
lanjut di Indonesia. Teridentifikasi 6150 lulusan SLTA di Thailand
Selatan pada 2016. Ini berarti ada 2050 peminat studi lanjut di
Indonesia, sehingga masih ada jarak antara 2050 dan 1300. Jarak inilah
yang dikehendaki Konjen untuk diperdekat melalui Pameran Pendidikan.
Mengapa Indonesia? Di Thailand Selatan ada
tiga provinsi (Pattani, Yala, dan Narathiwat) yang penduduknya di atas
90% Muslim dan satu provinsi (Songkla) 60% penduduknya Muslim. Mereka
sebagai minoritas di tengah mayoritas penduduk Thailand yang memeluk
Budha menghendaki hak-hak mereka diakui, terutama hak menjaga dua
identitas kultural mereka: ke-Islaman dan ke-Melayuan mereka. Dan untuk
menjaga dua identitas kultural itu masyarakat Muslim Thailand Selatan
lebih senang memilih Indonesia, kata Konjen, setidaknya karena
pertimbangan berikut: (1) serumpun dalam budaya dan pola hidup (sehingga
memudahkan adaptasi); (2) kedekatan (masih sesama Asean); dan (3)
Islam Indonesia yang moderat pas dengan ke-Islaman mereka.
Semoga upaya simbiosis-mutualisme ini bergayung sambut.